Beranda | Artikel
Hukum Aqiqah untuk Anak Angkat
Kamis, 23 November 2017

Aqiqah untuk Anak Angkat

Apakah anak angkat itu harus di aqiqahi oleh orang tua angkatnya? Bagaimana kejelasan hukum aqiqahnya?

Jawab:

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Pada asalnya, tugas aqiqah untuk anak merupakan tanggung jawab orang yang wajib memberi nafkah kepada anak. Baik ayahnya, kakeknya, atau ibunya. Sehingga, dana aqiqah diambilkan dari harta mereka. Dan ini merupakan pendapat Syafiiyah.

Berdasarkan kesimpulan ini, aqiqah temasuk ibadah maliyah. Seperti qurban atau sedekah atau semacamnya. Dan ibadah maliyah, boleh dikerjakan orang lain, jika mendapat izin dari yang bersangkutan.

Sehingga aqiqah untuk seorang anak, boleh dikerjakan orang lain, selama dia mendapat izin dari ayah sang anak.

Dari Samurah bin Judub Radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كُلُّ غُلَامٍ رَهِينَةٌ بِعَقِيقَتِهِ : تُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ سَابِعِهِ

Setiap anak tergadaikan dengan aqiqahnya, yang disembelih sebagai aqiqah untuknya di hari ketujuh… (HR. Abu Daud 2838, Turmudzi 1522 dan dishahihkan al-Albani).

Syaikh Dr. Muhammad Ali Ferkus menyimpulkan bahwa kalimat [تُذْبَحُ عَنْهُ] “yang disembelih sebagai aqiqah untuknya” menunjukkan bahwa kerabat dekat, selain kedua orang tuanya, boleh menjadi pelaksana aqiqah, termasuk orang lain.
Sumber: https://ferkous.com/home/?q=fatwa-765

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam meng-aqiqahi Hasan dan Husain. Karena beliau kakek mereka berdua. Disamping itu, beliau paling berhak terhadap semua kaum mukminin. Sehingga beliau berhak untuk meng-aqiqahi siapapun, apalagi cucunya sendiri. Allah berfirman,

النَّبِيُّ أَوْلَى بِالْمُؤْمِنِينَ مِنْ أَنْفُسِهِمْ

Nabi itu paling berhak terhadap kaum mukminin… (QS. Al-Ahzab: 6).

Aqiqah untuk Anak Angkat

Jika orang tua angkat meng-aqiqahi anak angkatnya, berarti dia meng-aqiqahi anak orang lain. Berdasarkan keterangan di atas, orang tua angkat boleh meng-aqiqahi anak angkat, jika dia mendapatkan izin dari orang tua kandungnya.

Syaikh Dr. Muhammad Ali Ferkus mengatakan,

الصحيح أنَّه تجوز النيابةُ في العبادات المالية بعد إِذْنِ المولودِ له «الأب» إِنْ كان حيًّا

Yang benar, boleh mewakilkan ke orang lain untuk ibadah maliyah, setelah dia mendapatkan izin dari ayahnya, jika ayahnya masih hidup.

Keterangan yang sama juga pernah disampaikan dalam fatwa Syabakah Islamiyah, menjawab pertanyaan, bolehkah meng-aqiqahi anak orang lain?

Jawaban Syabakah Islamiyah,

فلا حرج عليك ولا عليه في أن تسامحه بهذا المبلغ ما دام أنك عققت عن ولده بإذنه، فهو بمثابة دين أسقطته عنه، وإنما الخلاف في إجزاء العقيقة عن الغير بغير إذن من تلزمه نفقته

Tidak masalah bagi anda maupun bagi ayahnya, ketika anda menyediakan dana ini untuk aqiqah, selama pada waktu anda meng-aqiqahi anaknya, ada izin dari ortunya. Ini seperti utang yang digugurkan orang lain atas namanya.

Hanya saja, ada perbedaan pendapat mengenai keabsahan aqiqah untuk anak orang lain tanpa ada izin dari orang yang menanggung nafkah anak itu (ayahnya).

Sumber: http://fatwa.islamweb.net/fatwa/index.php?page=showfatwa&Option=FatwaId&Id=60837

Demikian, Allahu a’lam.

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)


Artikel asli: https://konsultasisyariah.com/30681-hukum-aqiqah-untuk-anak-angkat.html